Peresensi: Nirmala Sari Zahiroh Wilujeng, Pelajar SMA Muhammadiyah 2 Surabaya
Judul film: Miracle in Cell No. 7
Tahun rilis: 2022
Durasi: 145 menit
Jenis film: Drama, komedi
Sutradara: Hanung Bramantyo
Produser: Frederica
Tokoh: Dodo Rozak (Vino G. Bastian), Kartika Rozak (Graciella Abgail, Mawar de Jongh)

Film ini menceritakan tentang seorang bapak yang mengalami keterbelakangan mental dan seorang anak perempuan yang cerdas. Tokoh Bapak Dodo Rozak (Vino G. Bastian) merupakan sosok yang berdedikasi untuk merawat anaknya, Kartika (Graciella Abigail). Meskipun pada kenyataannya Kartika kecil lah yang merawat Bapak Dodo. Dalam kisah ini, Kartika dewasa (Mawar de Jongh) diceritakan sebagai pengacara yang berusaha untuk membersihkan nama bapaknya dari tuduhan pemerkosaan dan pembunuhan terhadap Melati Wibisono.
Miracle in No. 7 merupakan film adaptasi dari film Korea yang berjudul sama. Pada garis besar, film ini memiliki kesamaan dengan film yang diadaptasi. Namun, versi adaptasi Indonesianya juga spesial karena nilai kekeluargaan dan budaya khas Indonesianya lebih terasa. Bapak Dodo merupakan seorang penjual balon, ia sangat suka dengan balon. Kartika kecil suka menemani Bapak Dodo saat berjualan bila ia sedang tak sekolah. Suatu hari, mereka datang ke rumah orang yang sangat kaya untuk menjual balon ulang tahun anak bernama Melati. Tak sengaja melihat anjing milik Melati tertabrak, Bapak Dodo bergegas membawanya ke dalam tetapi malah diusir. Sebenarnya bagian film di mana Bapak Dodo asal dituduh itu lumayan bisa ditebak oleh penonton, jadi kesannya kurang memberikan sensasi tegang. Apalagi di kejadian itu terlihat sedikit dipaksakan bahwa Bapak Dodo yang salah.
Pada suatu saat, Bapak Dodo melihat Melati bersedih di depan makam anjingnya, ia mendekati Melati dan menawarkannya balon anjing dengan niat untuk menyenangkan hati Melati. Melati salah paham dan langsung kabur Ketika melihat Bapak Dodo. Tak lama kemudian Bapak Dodo mendengar teriakan, ia segera menyelamatkan Melati. Karena posisinya yang ambigu, Bapak Dodo dituduh atas pemerkosaan dan pembunuhan terhadap Melati. Ia terlihat sedang berusaha membuka baju Melati saat ditemukan oleh pembantu Melati.
Kejadian ini juga bisa ditebak karena di kejadian saat anjing Melati mati, keluarga Melati asal menuduh Bapak Dodo. Menurut saya film ini agak klise untuk anda yang menyukai kejutan. Tentu Bapak Dodo dijebloskan ke penjara karena keluarga kaya itu memiliki pengaruh politis yang kuat, polisi tak mau melihat kebenarannya. Kartika kecil sangat sedih. Ia hanya tinggal berdua dengan bapaknya dan sekarang ia harus tinggal sebatang kara.
Saat bagian film ini ditampilkan, saya merasa sangat emosional. Bagaimana bisa anak kecil menghadapi itu semua sendiri. Meskipun Kartika adalah anak yang mandiri, ia pun masih bocah SD yang memerlukan figur orang tua.
Di penjara, para sipir dan narapidana salah sangka atas perbuatan Bapak Dodo. Ia diejek idiot dan sering dipukuli. Di dalam sel penjara nomor 7, semua penghuninya tak suka dengannya karena ia masuk dengan tuduhan pemerkosaan dan pembunuhan terhadap anak kecil. Ada bagian di mana Bapak Dodo dipukuli sangat keras, hal ini membuat saya sedikit ngilu karena scene-nya terlihat sangat jelas. Hal ini sebenarnya agak kurang cocok bila ditayangkan ke anak-anak. Namun ini tidak menjadi gangguan besar karena bila bagian itu diberi sensor, tidak akan berpengaruh terhadap plot secara keseluruhan.
Suatu hari, saat Bang Japra (Indro) hampir mati karena ditusuk, Bapak Dodo menghalangi pisau dengan badannya. Tentu ia pingsan. Semenjak kejadian ini Bapak Dodo diperlakukan dengan baik oleh napi satu selnya. Teman satu selnya mulai merasa ada yang aneh.
Dalam film ini, bagian penjaranya terlalu ramah dari penjara pada umumnya. Serta detail dari penghuni penjara yang memiliki tingkat kejahatan berbeda diletakkan dalam satu sel terlihat sedikit aneh. Pasalnya penjara di dunia memisahkan narapidana berdasarkan kejahatannya. Hal ini sedikit mengganggu untuk saya yang menyukai hal-hal realistis dalam film, meskipun hal ini tidak menjadi gangguan besar karena cerita lain di penjara masih ada yang masuk akal.
Pada saat latarnya berada di penjara, film ini juga menyertai banyak hal lucu. Bagian-bagian yang seharusnya biasa saja entah kenapa bisa terasa lucu. Mungkin ini juga pengaruh dari beberapa pemainnya yang merupakan tokoh komedian ternama di Indonesia. Bang Japra menawarkan untuk mengabulkan satu permintaan bapak Dodo. Bapak Dodo pun meminta untuk bertemu dengan anaknya, Kartika. Hal itu disetujui, Bang Japra menyuruh napi dalam sel 7 itu untuk mendukung rencananya. Mereka menyelundupkan Kartika ke dalam penjara. Namun, sayangnya Kartika tak bisa kembali dari penjara karena terlambat pulang dengan rombongannya. Ia tinggal di penjara hingga para sipir menyadari keanehan itu. Bapak Dodo pun diisolasi. Tak lama kemudian terjadi kebakaran, ketua penjara tertimpa lemari dan nyaris mati, namun ia diselamatkan oleh Bapak Dodo. Ketua sipir, Pak Hendro pun menjadi sadar ada yang salah dengan tuduhan pembunuhan terhadap Bapak Dodo ini. Pak Hendro juga membiarkan Kartika untuk masuk ke dalam penjara, ia juga menjadi wali dari Kartika.
Bagian penyelundupan Kartika ini sebenarnya sangat tak masuk akal, bagaimana bisa keamanan penjara selemah itu. Terlebih, yang mengantar Kartika ke sel bukanlah Bapak Dodo sendiri, bagaimana bisa Kartika langsung percaya terhadap sosok yang tak dikenalnya sama sekali. Meskipun nanti pada akhirnya Kartika akan akrab dengan mereka semua. Waktu Bapak Dodo hanya sisa sedikit di penjara, ia dipindah ke Nuisa Kambangan untuk mendapat hukuman mati. Kartika sangat sedih, ia bertekad untuk mengungkap kebenaran dari kasus bapaknya yang sangat ia sayangi dengan menjadi pengacara.
Persidangan terkahir untuk Bapak Dodo pun digelar. Semua orang yang mengenal baik Bapak Dodo datang. Sidang ini berisi dialog-dialog emosional yang menguras air mata. Pada akhirnya, Kartika berhasil membersihkan nama Bapak Dodo dari tuduhan pemerkosaan dan pembunuhan terhadap Melati Wibisono
Sebenarnya, bagian sidang ini bisa dikemas lebih baik dengan komunikasi timbal balik antara Kartika, pengacara lain, dan hakim. Alih-alih ada imbalan percakapan, hanya Kartika yang berdialog sepanjang waktu kecuali saat hakim memutuskan. Sinematografi dalam film ini dikemas dengan apik. Bagian untuk kejadian pada masa lampau digambarkan dengan layar yang sedikit menguning. Kejadian pada masa sekarang digambarkan dengan normal. Namun ada beberapa bagian yang membingungkan mengenai pewarnaan layar ini. Ada bagian di masa depan yang berwarna kuning, hal ini membuat saya sedikit bingung sebenarnya sedang berada di alur yang mana.
Di film ini juga banyak tersirat sindiran-sindiran terhadap polisi. Penonton pun mungkin merasa kesal dengan beberapa bagian di mana polisi selalu menutup mata.
Secara keseluruhan, film ini merupakan salah satu film berjenis drama dan komedi yang wajib ditonton. Semua bagian di film ini dikemas dengan elegan, meski ada beberapa bagian yang kurang tetap tak membuat film ini menjadi buruk. Menurut saya, film ini paling cocok untuk ditonton bersama keluarga, terutama bapak kita sendiri.*^*


Amazing
Matur nuwun Bunda
Pangestunipun
Mantap ceritanya dr. Izzuki. Terima kasih
Matur nuwun Amak
Pangestunipun
Masya Allah. Keren
Dapat membawa pembaca seakan menonton film secara langsung
Matur nuwun Bunda
Pangestunipun
Masya Allah begitu perjuangan anak untuk membela bapaknya yang dipenjara. Bukti cinta anak kepada bapaknya. Terima kasih dr. Izzuki telah berbagi cerita. Terima kasih Nanda Nirmala sebagai presensi.
Terima kasih Amak dear
Keren Dok Izzuki, sukses buat Ananda Nirmala Sari. Bakatnya mengalir 👍
Terima kasih senior, sudah berkenan memberikan apresiasi.
terima kasih doanya juga.
Sukses juga kagem dokter Bettia juga nggih
MasyaAllah luar biasa Putri dari Ibu dr. Izzuki sebagai peresensi Film Miracle In Cell No. 7. Bakat menulis Nirmala telah bertumbuh dari sang ibu, dr. Izzuki. Terima kasih dr. Izzuki, telah berbagi cerita.
Terima kasih atas aprresiasi BUnda Umi
barokallah
Keren dok,… sukses selalu
Terima kasih