Akhmad Faozan
Santri IRo-Society dari Jepara
Banjir Demak yang terjadi beberapa waktu yang lalu, menyisakan cerita dan catatan fenomenal. Cerita-cerita yang berkembang di masyarakat akhirnya memunculkan berbagai spekulasi. Ada yang memunculkan mitos, ada juga yang mengaitkan catatan sejarah masa lalu dengan ditemukan fakta-fakta menarik.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sejak awal sudah memberikan informasi dan prakiraan cuaca dengan ditandai hujan deras dan ekstrim dengan intensitas dan curah hujan yang sangat tinggi. Namun peringatan dini dari BMKG ini seakan menjadi kabar atau peringatan yang biasa saja. Barangkali sangat dimaklumi, karena daerah di sekitar Karanganyar Demak yang rawan banjir seakan sudah menjadi hal yang biasa kalau pun toh ada genangan, itu lumrah dan biasa.
Tanggul jebol yang menyebabkan banjir menjadi bahan pembicaraan masyarakat di sekitar lokasi kejadian. Bukan tanpa alasan, kejadian kedua tanggul jebol memperparah dampak yang ditimbulkan. Sehingga masyarakat sekitar terkena dampak psikologis akibat dua kali terimbas banjir. Spekulasi masyarakat dengan mengaitkan mitos Jawa, bahkan langkah membendung banjir di luar nalar pun akhirnya bermunculan. Secara geografis daerah ini memang tergolong dataran rendah yang sangat berpotensi memunculkan genangan bila curah hujan tinggi apalagi durasi waktunya lama.
Banjir yang merendam daerah di sebagian besar Karanganyar Demak memang berdampak masif dan luas hingga ke Dorang Nalumsari Jepara. Begitu luas daerah yang terdampak banjir mengingatkan kembali pada sejarah masa lalu Selat Muria. Para ahli sejarah memperkirakan pada awal abad ke-17 sebagai masa-masa keemasan kerajaan Demak adalah adanya pelabuhan yang sangat ramai kala itu dengan keberadaan Selat Muria. Rujukan dari berbagai sumber pada media, ramai memperbincangkan keberadaan selat Muria ini.
Banjir di Demak dan sekitarnya membuka kembali sejarah keberadaan Selat Muria. Keberadaan Selat Muria diketahui sekitar abad ke-17 sebagai perairan yang menghubungkan antara Daratan Jawa dengan Pulau Muria. Selat ini menjadi bagian dari titik keramaian Pelabuhan Demak pada saat Kerajaan Demak berada di puncak kejayaan. Pelabuhan Demak menjadi tersohor karena lalu lintas perairan yang sangat terbantu dengan adanya Selat Muria. Seperti gambar di bawah ini (sumber: kompas.com), saat perjalanan menuju ke daerah timur tanpa memutar, tetapi melewati selat sehingga sangat efektif waktu tempuhnya hingga sampai ke Daerah Tuban Jawa Timur. Namun setelah terjadi pendangkalan berpuluh-puluh tahun kemudian selat ini menjadi daratan, walaupun tanda-tandanya masih tersisa. Setelah terjadi pendangkalan, Pelabuhan Demak berpindah ke Jepara.

Saat ini berita-berita yang membicarakan tentang Selat Muria begitu viral. Rasa ingin tahu lebih dalam terkait Selat Muria menjadikan penulis menelisik lebih dalam. Tempat-tempat yang penulis pernah singgah dahulunya menjadi daerah perairan (laut dangkal) dengan adanya beberapa fakta. Seperti Desa Welahan yang berasal dari kata Welah yaitu dayung sebagai alat transportasi air kuno zaman dulu. Cerita dari salah seorang di Desa Welahan menuturkan bahwa dia menuturkan kalau saat masih kecil dulu pernah menjumpai.
Demikian juga dengan Kampung Teluk yang terpisah menjadi Desa Teluk Wetan dan Kulon. Kedua desa tersebut terpisah oleh dua Kecamatan yaitu Welahan dan Kalinyamatan. Sebagian para pegiat dan penelusur kawasan bersejarah di sekitar Kalinyamatan menyampaikan bahwa keberadaan Desa Teluk di daerah kawasan tersebut berubah menjadi daerah perairan. Suatu ketika penulis pernah membuktikan adanya bebatuan dan pasir di kedalaman 60 meter oleh pekerja pengebor tanah yang membuat sumur bor.
Cerita masyarakat di sekitar Kalinyamatan khususnya di daerah Kriyan dan sekitarnya menyampaikan bahwa sumur di daerah kampung tersebut mengandung lapisan pasir dan bebatuan pada kedalaman tertentu. Demikian pula yang ditemukan di Situs Purbakala Patiayam perbatasan Kudus dan Pati, ditemukan kandungan hewan laut yang punah. Hal ini dapat menjadi bukti adanya perairan di sepanjang Demak Jepara Kudus dan Pati. Banjir telah menyibakkan kembali masa silam daerah tersebut dengan Selat Muria.
Fenomena alam yang terjadi akibat banjir Demak menjadikan masyarakat sekitar Demak, Kudus, Jepara, Pati mempunyai rasa khawatir. Akankah keberadaan Selat Muria akan muncul kembali? Hal ini didasarkan, sebagaimana dalam banyak pandangan para ahli dan perjalanan peristiwa yang terjadi di alam akan terulang kembali.*^*
Mantap dr. Izzuki yang selalu berbagi cerita
Cerita dari Ustadz Akhmad Faozan Jepara