㊋imamrobandi
Eagle flies alone
Event berlatih menulis di Kaliurang adalah sangat bersejarah karena diselenggarakan oleh para guru dari Kota Magelang. Ini adalah sangat istimewa dan benar-benar mereka telah “menang tanpa ngasorake”. Tidak mudah untuk sebuah yayasan dan sekolah berani mengeluarkan biaya besar untuk memintarkan para gurunya. Tidak banyak kepala sekolah yang mau berbesar hati mengirimkan para gurunya agar semakin cemerlang di era dijital. Bu Heriyanti dari Mugabrajan bukan saja mengirim gurunya untuk menuntut ilmu di Kaliurang, tetapi dia sendiri juga ikut maju di medan laga, mengikuti national workshop berduduk bersama peserta yang lain dari hari pertama sampai paripurna.
Saya mengenal guru muda dari Andong Boyolali, “Indah dan Novia”, mereka dibiayai oleh kepala sekolah untuk ikut acara besar Kaliurang. Mereka berdua sangat bersemangat, dan tidak ada waktu satu menitmu yang mereka terlantarkan. Mereka seperti masuk medan perang walaupun badan belum berkeringat, tetapi langsung masuk palagan membawa senjata akademik. Pensil, kertas, laptop, dan bersenjata semangat, maka kata demi kata mulai mereka susun dan berakhir dengan sukses. Mereka yang muda tidak ada rasa canggung duduk berdekatan dengan para senior, dan semua konsentransi ke laptop masing-masing. Mungkin Anda pernah mengenal Ibu Noor Aini, Ketua Majelis Dikdasmen Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa Tengah, yang dari sisi umur, ilmu, dan pengalaman sudah sangat senior, tetapi dia datang dengan duduk paling depan, dan dengan persiapan yang sangat memadai. Draft-draftnya yang pernah dikerjakan di Tawangmangu dua tahun lalu dibawa kembali ke Kaliurang untuk disempurnakan.
Keberanian Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Magelang untuk menyelenggarakan acara besar ini adalah sebuah prestasi yang sangat dahsyat. Kalau berprestasi karena mengeluarkan uang untuk membangun gedung berempatlantai, berenamlantai, dan lain-lain, ini adalah sangat biasa. Yang menjadi sangat “super spektakuler” adalah berani memintarkan para gurunya dengan mengeluarkan banyak biaya. Ini adalah ciri khas “organisasi modern”. Karena seperti biasa yang sebagian besar yayasan urusi adalah hanya tentang neraca, RAB, Uang Iuran Siswa, Uang Iuran Guru, dan lain-lain tentang uang, tetapi Kyai Yatino dan kawan-kawan berani melakukan terobosan baru bahwa sekolah akan maju jika diisi oleh sumber daya manusia yang cemerlang. Bagaimana sekolah akan menjadi maju jika para gurunya untuk menulis saja masih menggunakan ilmu “ngalor-ngidul.” Ini semua telah terbuktikan di National Workshop Penulisan Buku Teks dan Buku Ajar di Kaliurang, bahwa guru pintar adalah ciri khas organisasi modern.

Dampak acara “menulis dan menulis” di Kaliurang telah melebar kemana-mana. Banyak sekali guru dari Jogja yang kecewa, karena mereka merasa tidak tahu ada acara yang sangat bagus di Kaliurang. Mereka sangat kecewa tidak menahu bahwa acara di Kaliurang adalah “berlatih menulis”. Mereka sudah banyak sekali mengikuti pelatihan menulis tetapi tidak berdampak, katanya. Mereka menanyakan, “kapan diadakan untuk para guru di Jogja”, dan saya hanya menjawab, “waktu saya sudah sangat tidak ada”, dan mungkin acara Kaliurang adalah terakhir untuk saya dapat membimbing tulis menulis. Saya sarankan mereka mengadakan saja, di Jogja banyak instruktur dari Dinas, UPTD, Kemendikbud, dan lain-lain. Lagi-lagi, “pokoke kudu imam robandi”, nah ini akan menjadi repot semua, because “I do not have time enough”.
Ada kepala sekolah dari Bengkulu yang “terpengaruh”, dan dia akan mengadakan acara serupa di Kepahiang, dan akan mengundang saya di Bulan Februari 2020 untuk para guru se-kota Bengkulu. Wah untuk Bulan Februari acara saya sangat penuh, mungkin baru kosong setelah Bulan Juli, jawab saya.
Kaliurang telah mencetak para penulis baru, dan tiga hari menjadi sangat tidak terasa. Benar kata Dokter John dari RSUD Temanggung, “semua akan tergantung atmosfirnya”. Dokter John sudah berkali-kali mengikuti acara pelatihan penulisan, namun baru kali ini dia merasa “porak poranda”. Otak kiri-kanan menjadi “babak belur” berpacu dengan waktu yang ditarjet. Tahu iklim akademik adalah serius sekali begini, “sekolah saya saja yang mengadakan untuk guru-guru negeri swasta se Yogyakarta”, agar Jogja tidak kalah dengan Kota Magelang, kata Ibu Heriyanti, seorang Kepala Sekolah yang sudah bukunya sudah dibaca oleh ribuan orang.
Kaliurang telah mencetak banyak bintang, dan saya sedang menunggu “kiprah mereka” selanjutnya. Buku sudah mereka tulis, artikel opini sudah mereka selesaikan, dan artikel WA untuk 700 kata sudah selesai semua. Tidak ada “ujug-ujug” durian Musang King langsung matang dipohon, pasti harus dipupuk dan disiram lebih dulu. Tidak ada yang tidak menanam tetapi panen, hanya mereka yang menanam yang akan panen. Mereka yang datang ke Kaliurang sudah menanam, tinggal merawat, dan menunggu panen rayanya.
Ganbatte Brothers, Bagaimana Anda?
Dec. 23, 2019
Repost di website https://izzukilink.com atas seijin penulis, Prof. Imam Robandi, Guru Besar ITS, Founder IRo-Society.

Kalimat yang tercantum dalam banner pada kegiatan National Workshop: Writing Book and Professional Article bertempat di Kaliurang saat itu sangat menyentuh. “Mendengar itu level paling rendah, proses membaca itu tingkatannya lebih tinggi dari proses mendengar. Level tertinggi dapat diraih oleh Anda dengan terus berkarya. Mendengarkan, membaca, dilanjutkan menulis itulah prestasi tertinggi” (Prof. Imam Robandi, 2019)*^*
Wah…ini bagus sekali.
Siap Prof., terima kasih sudah diberikan ijin merepost tulisan keren Prof. Imam
Sehat selalu Prof.
Aamiin
Masya Allah. Keren sekali bu dokter.
Tahun 2019, belem mengenal IRo Society.
Berandai – andai alangkah bahagianya jika saat itu sudah menahu IRo Society
iya Bunda, saya sudah mengenal Prof. IRo, hanya belum terlalu aktif.
matur nuwun sudah berkunjung Bunda
Selalu terdepan mantaap bu Izzuki yang cantik dan cerdas, tulisan Prof yang panjang dan luar biasa dan direpost sangat mantaap
Terima kasih Bunda, agar tidak hilang historinya
Mantaap bu izzuki, bernostalgia ingat “abote” orang mencari ilmu ya terasa senang saja setiap kegiatan bersama Prof Imam saya pastikan datang
Alhamdulillah
Semoga saya juga dapat istiqomah Bunda
Mendengar, membaca, dan menulis adalah kebutuhan bagi siapapun.
Betul Ustadz, kita membutuhkan itu