▪️turizalhusein
Santri IRo Asal Tangerang

Kajian Spesial Jumat Malam (KSJM) kembali ditaja IRo Society kemarin, Jumat (19/04/2024). KSJM seri 217 ini sangatlah spesial karena diselenggarakan masih dalam suasana berlebaran, dan tema yang diusungpun “Memaknai Lebaran dari Sisi Sosial” cukup membuat sahwat para anggota IRo Society untuk ikut berpartisifasi meramaikan walaupun dalam bentuk online zoom meeting. Suasana semakin menarik, karena yang didaulat menjadi Invited Speaker seorang pakar ilmu sosiologi Prof. Dr. Warsono, M.S (Rektor Universitas Negeri Surabaya 2014-2018) dan Penyelaras Ketua Dewan Profesor ITS sekaligus pendiri IRo Society Prof. Dr. Imam Robandi, MT.
Tradisi atau budaya mudik lebaran telah menjadi fenomena menarik yang terjadi setiap tahun. Tradisi ini juga telah menjadi kebiasaan bagi masyarakat Indonesia yang pergi ke tanah rantau. Fenomena ini menjadi menarik untuk dikanji dari berbagai persektif, dari sisi sosial misalnya, meskipun saat ini peran tekhnologi telah mampu menjembatani jarak dengan berbagai kecanggihannya, seperti video call, whatsapp, zoom meeting dan vitur lainnya, namun semua itu belum mampu menggantikan rasa kangen dan rindu bertemu secara langsung dengan sanak dan keluarga di kampung halaman.
Kemungkinan belum ditemukan secara pasti kapan tradisi mudik menjadi tren dikalangan masyarakat Indonesia, namun dari berbagai penelusuran, fenomena mudik sudah menjadi tren sejak berkembangnya kota-kota besar di Indonesia pada awal tahun 1970-an. Prof. Dr. Warsono, M.S dalam materinya menyampaikan, “ hampir seluruh penduduk Indonesia melakukan mobilitas mudik ketika lebaran tiba”. Bahkan disinyalir ada sekitar 193 Juta penduduk melakukan mudik. Angka ini mengalami kenaikan sekitar 13 % dari tahun sebelumnya 2023, itu artinya hampir 71,7 % dari total jumlah penduduk Indonesia. “Besarnya angka tersebut rata-rata didominasi pemudik yang berasal dari Pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah”. “Budaya dan karakter Orang Jawa dahulu memiliki sifat pemberi. Merupakan kebahagiaan tersendiri jika dapat membantu saudara-saudara mereka yang tidak dapat mudik”, ujar Prof. Warsono.
Secara hermeneutis, para ahli menyimpulkan bahwa mudik adalah proses mengembalikan diri ke arah kebeningan hati, kedamaian laku, dan kepedulian terhadap persoalan sosial. Modernitas, tentunya akan melahirkan keterasingan diri, sebagai dampak dari kapitalisme, di mana pekerja yang menghadapi raksasa impersonal di lingkungan di tempat kerja. Ketakberdayaan, perasaan terpencil, dan tidak bermakna cenderung menghinggapi jiwa manusia modern ketika mereka berada pada kuasa pemilik modal. Tak hanya itu, individualisme pun menguat karena di kota sekumpulan hari adalah waktu bekerja.
Mungkin ini yang disebut sebagai sebuah kesadaran balik. Seorang pejabat kembali ke prilaku udik, norak dan katanya “kampungan”. Seorang yang tidak berani mengambil hak milik orang lain. Pengusaha dan pekerja dapat menyisihkan sebagian hartanya untuk warga di tempat tujuan bermudik. Sebab selama tinggal di kota, hidup ini serasa selalu ditunggangi ketidakbebasan, tidak merdeka dan terkesan terjajah. Mudik ke kampung halaman adalah upaya pembebasan diri dari penatnya aktivitas masyarakat kota yang individualistik. Di dalam kata mudik dan bahwa perilaku asali manusia mesti mencerminkan keaslian diri seperti kolektivisme, kejujuran, dan peduli terhadap sesama sebagai ciri khas warga di tempat asal kita.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Pulau Jawa adalah kampung halaman bagi sebagian besar pendatang yang tinggal di kota dengan Provinsi Jawa Tengah di susul Pulau Sumatera sebagai destinasi mudik tertinggi. Warga kota, khususnya pendatang dari desa yang telah bermigrasi cukup lama ke kota biasanya melakukan aktivitas mudik pada hari libur kerja yang panjang dan bermakna kultural seperti Lebaran, Natal maupun Tahun Baru. Bahkan di hari-hari libur tertentu seperti hari kejepit misalnya banyak digunakan oleh para karyawan dan pegawai untuk mudik ke kampung halaman.
Selanjutnya Mantan Rektor Unesa ini menjelaskan,” ada beberapa motivasi penduduk Indonesia because motive, melaksanakan tradisi mudik lebaran. Diantaranya ada rasa rindu ingin segera bertemu dengan keluarga dan orang tua setelah sekian lama tidak bertemu. Dan budaya ini biasanya dilanjutkan dengan acara sungkeman (minta doa dari orang tua)”. Lebih Lanjut motivasi lainnya adalah,” Adanya masa liburan yang diberikan pemerintah atau perusahaan tempat mereka bekerja yang dibarengi dengan pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) dan kemudahan sarana transportasi saat ini.
Dalam sesi tanya jawab, Prof. Imam Robandi menambahkan bahwa tradisi mudik ini merupakan bagian warisan budaya yang dimiliki penduduk Indonesia sejak dulu. Saat ini budaya bangsa kita sudah semakin baik dan banyak mengalami perubahan. Seperti contohnya budaya antri, sudah mulai membaik. “Dulu menurut Prof. Imam jalan sebelah kiri yang seharusnya diperuntukkan pengguna jalan yang akan berbelok ke arah kiri, banyak dipadati pengguna jalan, seperti pengemudi sepeda motor maupun mobil.
Saat ini situasi tersebut sudah mulai berangsur rapi dan tertib ”. Cerita Prof. Imam. “Dulu ketika ada orang Jepang berkunjung ke Surabaya mereka sangat terheran-heran, kenapa sih orang Indonesia suka berludah di sembarang tempat ?”. Bahkan ketika berbicara tentang sampah Prof Imam mencontohkan Jepang. Negara yang sempat menjadi tempat Prof. Imam menempuh gelar Doktornya memiliki budaya bersih dari sejak dahulu kala. Berbeda dengan Australia, Kota kangguru ini bersih karena setiap 15 menit ada petugas kebersihan yang selalu bertugas membersihkan sampah. “Terkait dengan sikap boros, di Jepang penduduknya tidak ada yang menyisakan makanan di rest area”. “Dulu sewaktu masa kecil kita makan cukup dengan satu lauk, sekarang berbeda”. Berbicara budaya penduduk Indonesia memang sangat menarik untuk dijadikan pembelajaran dan perenungan.
“Socrates berkata, hidup yang tidak pernah diperiksa tidak layak diteruskan. Hidup ketika tidak direfleksikan, tiada bedanya dengan segerombolan hewan.”
_
Karawaci, 20 April 2024
Minal Aidzin bu dokter. Maturnuwun
Sami-sami Bapak penulis
Terima kasih Ustadz
Wah mantap banget tulisan Ustad Turizal Husein dari Tangerang. Saya belum sempat membuat tulisan. Seharian sibuk acara halal bihalal. Selamat Ustad Turizal dan bu dokter.
Semangat Bunda Ruki, barokallah
Ustadz Turizal tulisannya selalu keren, berbobot, dan tertata bagus, terimakasih ustadz saya jadi paham benar-benar menginspirasi
Terima kasih Ustadzah, sepakat daengan Bunda saya
Masya Allah
Luar biasa
Terima kasih
Masua Allah catatan kecilkebaran yang terurai dengan rinci, terima kasih Pak Turizal
Terima kasih Amak
MasyaAllah ilmu yang luar biasa.
Web yang keren…
Sukses Ustad Turizal Husein dan Mba dr Izzuki… Barakallah…
Aamiin, Terima kasih Bunda
Tulisan Pak Turizal baik sekali mendeskripsikan paparan sebuah topik yang menarik. Mantap.
Terima kasih Ustadz
Masya Allaah, batokallaah
Artikel yang sangar keren. Luv it
Terima kasih Ustadzah
Tulisan mantap benar.Semoga bermanfaat.
Terima kasih Ustadz