🦋 Izzuki Muhashonah
Pembelajar asal Kab. Lamongan
_____
“Tuban…. Tuban… Tuban Mbak?”
Lantang suara terdengar dari balik kotak besi beroda empat. Sesekali sang kondektur bersiul. Sesekali mata kondektor melirik dan melotot bergantian. Mereka saling menggoda, antar kondektur dan tak luput, merekapun menggoda para penumpang. Para kondektur tidak pernah terlihat sedih, meskipun kotak besi tidak juga beranjak meninggalkan terminal. Hanya kami, para penumpang yang merasa resah, karena bus belum beranjak juga dari terminal.
Terminal siang itu terasa penuh. Bocah berwajah ayu dan ganteng berseragam SMA memadati terminal. Mereka berkumpul di depan pedagang kaki lima. Entah mereka membeli atau sekedar ngiyup Menunggu jadwal keberangkatan bus. Saat itu kendaraan pribadi masih jarang didapatkan. Mobil atau motor belum memadati jalan raya seperti saat ini. Transportasi umum menjadi piliihan yang utama.
“Ah… sialan!” ujar Lilis, teman perjalananku lirih tatkala menaik kotak besi itu. Lilis histeris karena bangku favorit kami terisi. Hanya satu yang tersisa. Dan itu berarti, salah satu dari kita bergantian berdiri sampai Rengel. Tidak ada pilihan lain, kita tetap menaik bus itu, karena kalau menunggu bus berikutnya, kita akan sampai rumah pada malam hari. Yah, nama bus itu adalah Bus Puspa Indah, mempunyai warna cover hijau cerah. Meskipun bernama Puspa Indah, jangan dibayangkan Bus Puspa Indah ini bak bunga yang mekar. Hihi… meski tidak seindah nama bus itu, kita tetap menaik bus dengan gembira.
Lilis mempunyai nama lengkap Lilis Anisah. Teman seperjuangan menaik bus jurusan Bojonegoro – Tuban. Dia anak kesembilan dari sepuluh bersaudara. Rumah Lilis berada di Kecamatan Paciran, tepatnya di Desa Blimbing, depan pertigaan Blimbing, tiga desa dari desa saya berasal. Lilis merupakan siswa pindahan dari SMAN Paciran. Dia berpindah sekolah ke SMAN 1 Bojonegoro, tempat saya bersekolah, yang akhirnya menjadi teman seperjuangan saya sampai kelas 3 SMA. Saat ini Lilis bertinggal di Kota Semarang.
Suka duka selama menaik bus jurusan Bojonegoro – Tuban, melewati Rengel memberi warna tersendiri. Setiap satu bulan sekali, saya dan Lilis menaiki bus antar kota yang mungil ini. Cukup untuk 25 orang penumpang. Namun dasar tidak mau merugi, selalu bus penuh sesak penumpang. Muatan 25 orang menjadi 40 orang lebih. Kita mempunyai tempat duduk favorit. Tempat duduk favorit kita berada tepat di sebelah kanan pintu depan bus. Bus jurusan Bojonegoro Tuban yang melalui Rengel ini berukuran kecil. Pintu bus depan ada dibelakang kursi kedua dan pintu belakang ada di depan kursi baris terakhir. Kursi bus ini mempunyai susunan berderet dua. Ada dua deret kursi sebelah kiri sopir, yang saat tidak mendapatkan kursi favorit, ini menjadi alternatif berikutnya, tepat di balik kaca depan.
Selama perjalanan, kita selalu bercengkrama, dimulai saat kita menduduki kursi dengan manis dalam bus, sebelum bus berangkat sampai bus berhenti dipemberhentian terakhir tempat kita menurun. Kita mengupas tuntas kejadian di sekolah, membicarakan guru-guru dan teman-teman kita di sekolah, termasuk teman-teman dan ibu kos kita. Tidak ada satupun yang tidak kita bahas. Selama perjalanan, kita selalu mengunyah permen kegemaran kita masing-masing. Sampai suatu ketika, permen yang kita kunyah muncrat dan mengenai kondektur.
“Gak kemeng tha mbak cangkeme, kaet munggah sampe mudhun siaran terus“, ujar kondektur dengan gemas. Haha, kita tergelak bersama, dan meminta maaf kepada Pak Kondektur, berharap semoga permen kita selanjutnya tidak terbang mengenai beliau lagi.
Kita tetap mengobrol dengan percaya diri, meskipun sudah disindir oleh kondektur Bus Puspa Indah.
Tiga tahun berlalu, suka tidak suka kami harus mengikuti ujian kelulusan. Alhamdulillah, kita semua mendapat predikat lulus dalam ujian nasional. Kamipun beranjak meninggalkan kota Bojonegoro dengan segudang cerita.
_____
Tulisan ini diposting di grup whataspp pada tanggal 28 Agustus 2021 silam dan telah dirubah sedemikian rupa pada tanggal 28 Agustus 2023.
Foto merupakan tulisan Lilis Anisah di buku diary saya… terima kasih Lilis
Kenangan yang sangat terknang. Hi ..hi …permen muncrat yang membuat tersenyum, Bun …
hihi, betul bunda Sun, hihihi, ngeciprit ae
Waw cerita kenangan yang sangat tidak akan dilupakan, mantap keren dr. Izzuki
Terima kasih Amak dear, iya, kangen nih