MENATA KERAPIAN MANAJEMEN BANGUNAN SEKOLAH

MENATA KERAPIAN MANAJEMEN BANGUNAN SEKOLAH

Imam Robandi
Guru Besar ITS, Alumni Tottori University, Japan

Kerapian adalah modal yang paling murah dalam menyokong kemantapan (brand) sekolah agar tetap terjaga atau bahkan semakin menaik, termasuk kerapian dalam menata bangunan sekolah. Kerapian apa saja di sekolah jika ditata secara maksimal, maka akan mengangkat sekolah itu secara signifikan. Kerapian adalah salah satu variabel sekolah yang dapat dilihat langsung oleh para stake holder, tamu, dan juga walimurid. Bangunan sekolah yang sangat kacau dan tidak teratur akan terlihat kumuh dan menyedihkan, dan ini akan sangat mengganggu kenyamanan belajar para siswa dan juga mengganggu pelayanan para guru dalam mendidik para muridnya. Ini jarang dibahas oleh para pemangku yayasan swasta (kecil atau besar) ataupun para penyelenggara sekolah negeri, karena sering dianggap tidak penting, namun dampaknya adalah sangat mengejutkan sehingga tidak sedikit sekolah yang tidak didatangi oleh para calon murid karena masalah ini. Dalam hal ini yang sering disalahkan adalah sekolah lain yang sukses, yang semakin banyak jumlah muridnya karena gedungnya tertata rapi.

MEMANDANG MARKETING SEKOLAH SECARA INTEGRATIF

Marketing sekolah adalah kumpulan penjumlahan (resultante) berbagai macam variable yang menyatu dan di situ titik optimal seseorang untuk memilih sekolah untuk anaknya, walaupun sering terjadi hal tersebut tidak disadari oleh para calon wali murid. Di sini para pimpinan yayasan di segala tingkatan dapat mengurai bahwa kerapian bangunan sekolah adalah sebuah variabel yang sangat dapat diukur (measurable), dapat dideteksi (observable),  dan sangat berpengaruh pada animo Masyarakat sebagai acuan. Untuk merancang sebuah sekolah yang rapi adalah tidak sulit dan juga bukan karena harga material yang harus mahal. Banyak sekali gedung yang dibangun dengan peralatan yang mahal, tetapi hasilnya sangat amburadul, dan berakhir dengan sangat repot pada pemeliharaan, dan setiap bulan menghabiskan banyak biaya operasional. Penguasaan rancang bangun yang benar untuk  gedung sekolah dan lingkungannya akan mengangkat manajemen sekolah menjadi semakin efisien dan semakin diminati para calon walimurid.  Kita sering mendengar, membangun gedung dikerjakan sendiri diawasi sendiri dengan istilah swa kelola, tetapi mereka hanya dibekali dengan modal ketulusan (ikhlas) tanpa dibekali dengan ilmu pergedungan sekolah yang memadai, sehingga hal seperti ini sering menjadi sumber masalah di kemudian hari, yang akhirnya malah menghabiskan lebih banyak biaya. Bangunan digandeng ke sana ke mari sehingga timbul bocor di talang dan di persambungan genteng di mana-mana. Oleh sebab itu pengetahuan rancang bangun gedung sekolah dan penataan landscape perlu menjadi prioritas untuk dikuasai oleh mereka pemangku amanah yayasan dan penyelenggara sekolah.  Ini adalah tidak sulit, jika ada kemauan, sehingga pencerahan pengetahuan tentang ilmu pergedungan harus menjadi prioritas dan ini adalah bukan untuk kita  agar menjadi ahli bangunan, tetapi secara nyata bahwa para penyelenggara sekolah banyak yang tidak memahami hal itu.

Membangun dan mengelola gedung sekolah terlihat sepele dan sederhana, tetapi di sini banyak sekali masalah yang berakhir pada konflik manajemen sekolah yang tidak sederhana, bahkan tidak sedikit menuju ke titik yang sangat kronis, karena manajemen menjadi boros dan tekor (deficit). Contoh sederhana yang sering adalah merancang jendela sebuah ruang kelas secara terukur dan bertanggung jawab, dan ini adalah tidak mudah. Ini adalah sangat penting karena fungsi jendela adalah untuk meneruskan cahaya dari luar ke dalam ruang kelas agar para siswa dan guru dapat menerima asupan cahaya yang benar untuk kesehatan badan, terutama mata kita. Berjam-jam dalam ruang kelas tanpa kekuatan cahaya yang memadai akan menimbulkan dampak yang serius pada mata, dan ini tentu akan menjadi masalah jangka panjang para siswa. Jika mereka di kemudian hari gagal pada saat mereka mencari pekerjaan atau gagal saat mendaftar sekolah kedinasan akibat permasalahan kesehatan mata, maka dalam hal ini siapa yang akan bertanggung jawab. 

Jendela berfungsi untuk meneruskan Cahaya dan juga udara dari luar ruangan untuk masuk ke dalam ruang kelas. Oleh sebab itu, ukuran dan tempat jendela harus dirancang secara tepat. Kita sering menemukan, jendela kaca dipasang, sedangkan yang hadapan ruang tersebut adalah ruangan yang tidak ada sinar matahari, sehingga jendela kaca ini menjadi tidak berfungsi. Ini harus dihindari, karena jendela yang sudah dibuat dengan berbiaya yang tidak sedikit, tetapi tidak mempunyai fungsi. Ini adalah salah satu keborosan yang sering terjadi dan banyak pengurus yayasan atau penyelenggara dan kepala sekolah  menganggap biasa. Begitu banyak sekolah yang terlihat sangat gelap karena lebar jendelanya adalah sangat sempit, sedangkan untuk melebarkan jendela menjadi kurang bersemangat karena membutuhkan biaya, sehingga yang ditempuh adalah menambah lampu di ruang kelas untuk meningkatkan cahaya yang jatuh di atas meja siswa. Menambah cahaya dengan memasang lampu adalah perilaku boros, karena harus membayar arus listrik setiap bulan, dan ini akan dibebankan pada uang SPP. Warna cat kelas yang gelap, membuat siswa tidak dapat menerima cahaya dengan maksimal. Cahaya diserap oleh tembok yang berwarna tua, dan tidak sedikit pimpinan Yayasan yang mengecat tembok dalam kelas sekolahnya dengan warna biru dongker tua dan ungu atau warna gelap yang lain yang sangat menyerap cayaha. Kalau kita menggunakan lampu listrik, berapa kilowatt daya yang harus dibayar setiap bulan karena diserap oleh tembok bercat tua itu. Artinya, kita sering tidak dapat membayar guru dengan tidak  layak karena di antaranya adalah karena keborosan seperti ini yang diakibatkan tidak mempunyai kemampuan merancang sekolah dengan benar, sehingga hal ini merambat ke manajemen menjadi  tidak profesional. Kalau sudah seperti ini, who has done something wrong.

RANCANG BANGUN YANG OPTIMAL

Kita sering melihat bangunan sekolah yang dirancang asal-asalan, atau asal selesai, dan tidak memikirkan resiko manajemen di kemudian hari.  Gedung sekolah dengan pilar-pilarnya yang berdiri dengan jarak yang sangat dekat, sehingga gedung sekolah terlihat seperti penjara, setiap empat meter ada pilar, bahkan ada yang setiap tiga  meter berdiri pilar. Bukan hanya saja menghabiskan banyak uang, tetapi juga menghabiskan ruang, yang seharusnya di situ tidak ada pilar, dan bangunan menjadi semrawut. Pemeliharaan pilar-pilar sebanyak itu adalah tidak sederhana, semakin rumit, semakin menghabiskan uang. Padahal di sekitar kita sudah banyak contoh gedung yang dibangun dengan pilar-pilar yang berjarak delapan meter, sehingga terlihat rapi dan bersih. Walaupun ini disadari dan masuk akal, tetapi menyarankan mereka untuk membangun agar pilar-pilar tidak berjarak dekat adalah tidak mudah, dengan alasan ini dan itu.

Merancang bangunan sekolah dengan ruang yang akan dipasang AC dan ruang tanpa AC adalah sangat berbeda. Hal ini sering diabaikan, dan seolah-olah ini semua tidak ada hubungannya dengan manajemen sekolah. Jenis jendela untuk ruang berAC harus dipasang secara tetap (fixed), tidak dapat dibuka dan ditutup. Jendela yang dipasang fixed dan tidak adalah sangat  berbeda dalam desain dan juga harga. Jendela di ruang kelas yang tidak ada ACnya harus dapat dibuka tutup setiap hari, dan harganya adalah sangat jauh lebih mahal. Begitu juga, menghitung kekuatan AC pada ruangan adalah hal yang harus ditaati. Kesalahan pada perhitungan menghitung pada kapasitas AC akan berdampak pada kerja mesin AC pada titik maksimal sehingga lilitan (coil) pada AC cepat panas dan dapat berakhir jebol. Hal ini sering terjadi, dan tentu akan mengeluarkan uang yang tidak semestinya. Kita juga sering melihat blower AC yang dipasang di sembarang tempat. Padahal di blower AC akan menghasilkan temperatur panas dan merusak oksigen di sekitarnya. Akan menjadi aneh jika blower AC dipasang pada tempat yang banyak orang beraktivitas dan banyak juga blower yang dipasang di sebuah tempat yang ada atapnya. Kita tidak dapat membayangkan pancaran panas dari blower yang terjadi pada ruangan yang terkurung, dan yang begini juga sering dianggap tidak masalah oleh penyelenggara sekolah. Udara sekitar blower semakin panas karena tertutup,  blower akan bekerja di titik maksimal dengan sangat keras, dan listrik bulanan yang dibayar adalah semakin besar. Bukan ini saja, lilitan bekerja pada titik maksimal dan temperatur  panas pada  blower tidak dapat dihindari, dan tidak sedikit yang menjadi penyebab kebakaran.  Sebetulnya, boros atau tidak lembaga kita adalah kita sendiri yang merencanakan, bukan orang lain,  mungkin karena kita tidak paham atau mungkin karena kita yang selalu meremehkan. Juga adalah tidak sedikit, luaran dari indoor AC yang  tidak dirancang dengan baik, sehingga air limpahannya berceceran kemana-mana dan tumbuh lelumutan dan tempat menjadi kumuh. Ada kepala sekolah yang kreatif, airnya dari pipa (selang) indoor AC dimasukkan ke ember. Padahal air AC ini dapat bermasalah jika terminum oleh siswa yang tidak tahu. Pertanyaannya, apakah saat membangun gedung sekolah, tempat blower AC tidak dipikirkan, sehingga blower AC berderet-deret menimbulkan panas kolosal dan air luaran AC menetes ke sembarang tempat. Padahal itu adalah hal yang sangat mudah dinalar dan mudah diatasi.

Karena mempunyai uang, semua halaman sekolah dipasang paving block tanpa menyisakan sedikit pun sejengkal tanah untuk menanam rumput, pohon peredu, atau pun sekadar wadah kehidupan rerumputan. Sinar matahari siang dipantulkan oleh paving block itu dan pantulan panasnya menyengat menuju ke ruang kelas dan kantor. Sekolah menjadi panas menyengat dan kita dapat membayangkan situasi panas di tempat itu. Jika di situ juga ada blower AC, maka berapa berat kerja blower AC di tempat itu, dan berapa tarikan uang untuk menghidupkan AC ke siswa yang harus dipungut setiap bulan. Peningkatan temperatur panas dua derajat saja dapat menggoyahkan manajemen lembaga, karena biaya AC melonjak. Padahal pada saat belum mempunyai uang, kita tidak sempat membeli paving, dan ini tidak ada masalah apapun, halaman menjadi ijo royo-royo.

Genteng yang tiga tahun harus dicat ulang, ini sering dibiarkan sampai warna genteng yang merah menjadi coklat, dan berakhir menjadi hitam. Pori-pori genteng menjadi lebar, muncul bocor rambut yang semakin hari semakin lebar, kayu usuk dan reng akan mengalami kerusakan, dan merambat ke yang lain. Atap menjadi bergelombang, dan inipun sering tidak diperhatikan. Awal yang sepele, berakhir akan menjadi masalah manajemen yang memberatkan. Kalau sudah begini, apa kita akan menyalahkan sekolah lain yang laris manis karena manajemennya tertata dengan baik.*^*

Spread the love

26 Comments

  1. Silvi

    Sebuah pencerahan yang luar biasa, terima kasih ilmunya Prof Imam, Bu dokter Izzuki

    • Betul, ilmu Prof. Imam selalu mencerahkan kita
      Matur nuwun Mbakyu

    • Pencerahan yang luar biasa dan menjadi refleksi untuk kita semua sebagai guru. Terima kasih Prof. Terima kasih dr. Izzuki.

      • Betul Bunda Umi, selalu ada hal yang dapat menjadikan refleksi kita.
        matur nuwun

  2. Nur 'Aini Kosim

    Terima kasih, sangat bermanfaat dan menginspirasi Kami.

    • Terima kasih Kak Pantja, silahkan disebarluaskan untuk kemaslahatan ummat ya Kak

    • harus seijin Prof. Imam ini Bapak, monggo langsung ke Prof. Imam nggih

  3. Ali Zamroni

    Sangat bermanfaat sekali ulasannya. Terima kasih Prof. Imam Robandi.

    • Betul sekali Ustadz, sangat inspiratif dan semoga kami para pendidik dan pemerhati pendidikan dapat mengikuti. Aamiin

  4. Membaca artikel ini menjadi tersontak ternyata banyak yang tidak tepat. Terima kasih pencerahan nya Prof. Imam dan Bu Izzuki yang sudah merilis tulisan ini.

    • Welcome Bunda Sayidah, mari kita bersama membenahi lingkungan kita, mulai dari hal yang paling sederhana terlebih dahulu.

  5. Penataan, adalah bagian dari implementasi ilmu yang kompleks, rasa lebih diutamakan dan kebermanfaatan

  6. Aas Aisah

    MasyaAllah. Terima kasih Prof. Imam dan Bunda Izzuki.
    Tulisan yang sangat mengggugah, banyak sekali aspek tata lingkungan sekolah yang terabaikan. Bangun atau mengubah tatanan serba dadakan dan tidak dirancang dari awal.

  7. Tulisan yang sangat inspiratif, mengingatkan bahwa brand sangat penting untuk meyakinkan berbagai pihak dalam pengelolaan khususnya pendidikan. Ternyata ma kasih Prof.Imam yang selalu menginspirasi, also Dr.Izzuki yang super kreatif

    • Siap Mom, terima kasih kembali
      Semoga kita terinspirasi dan dapat mengubah keadaan di sekolah kita masing-masing
      Barokallah

  8. Endang Supriyati

    Masya Allah. Super mantab.

  9. Masya Allah pencerahan yang sangat bermanfaat, semoga para pemimpin dan para pemerhati pendidikan di negara kita dapat membaca artikel ini, sehingga dapat membuat bangunan sekolah yang ideal dan berfungsi dengan baik. Terima kasih Prof. Imam Robandi. Terima kasih dr. Izzuki yang telah menginformasikan di webnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *