Layakkah Spesimen Laboratorium Kita?

Layakkah Spesimen Laboratorium Kita?

Laboratorium adalah sebuah bangunan atau ruangan yang digunakan untuk eksperimen secara ilmiah maupun teknis. Laboratorium dapat juga berarti tempat yang menyediakan sarana untuk melakukan studi, observasi atau eksperimen yang dibutuhkan. Laboratorium medik adalah tempat untuk mengolah spesimen yang diambil dari tubuh pasien untuk mendapatkan informasi kesehatan tertentu. Spesimen klinik dari tubuh pasien diperiksa dan diekspertisi di Laboratorium medik untuk menunjang pelayanan pasien yang dilakukan oleh dokter.

Informasi kesehatan sebagai hasil dari pemeriksaan laboratorium membutuhkan validitas sejak mulai persiapan pasien dilakukan, spesimen diikumpulkan, analisis dilakukan sampai hasil dikeluarkan. Sistematika tersebut menjadi satu kesatuan alur yang harus dikelola dengan serius karena menjadi bagian yang vital dan penting untuk tata laksana pasien. Spesimen laboratorium atau yang sering disebut sampel merupakan bahan yang harus diuji di Laboratorium ini harus berkualitas sehingga layak untuk dilakukan pengujian di dalam laboratorium. Pengelolaan spesimen laboratorium menjadi kunci utama dalam memberikan hasil yang dapat dipercaya dan sesuai dengan keadaan pasien yang diperiksa.

Pemeriksaan laboratorium membutuhkan spesimen yang tepat untuk mendapatkan hasil yang valid dan dapat diterima. Untuk itu diperlukan sampel laboratorium yang dapat diterima dan dapat diuji dengan baik. Tujuan pemeriksaan laboratorium adalah mendapatkan catatan kesehatan sesuai dengan kondisi tubuh saat itu. Selain untuk mendeteksi dini adanya penyakit, menentukan faktor risiko penyakit, memantau perkembangan penyakit, pemeriksaan dapat juga untuk memantau efektivitas pengobatan yang telah dilakukan. Spesimen yang dikumpulkan tepat pada waktunya akan memberikan arti penting untuk tata laksana pasien.

Garbage in, garbage out. Satu kalimat yang patut kita resapi bersama, terutama dalam pengelolaan spesimen laboratorium. Apabila input kita kurang baik bahkan dibilang sampah, maka jangan berharap output yang keluar menjadi baik. Sampel diterima tanpa memenuhi standar sampel sebagaimana mestinya, dapat dikatakan sebagai sampel yang ditolak. Jadi apabila spesimen yang diperiksa termasuk kategori sampah, maka hasil dapat dipastikan tidak dapat menunjang diagnosis maupun tidak dapat digunakan untuk interpretasi keadaan tubuh saat itu. Seharusnya ini tidak dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan laboratorium dan harus diambil ulang. Pasien akan dirugikan karena akan merasakan dua kali tertusuk jarum dan darah yang sudah terlanjur diambil harus dibuang percuma. Hal ini juga menambah beban kerja petugas phlebotomist (petugas pengambil darah) dan beban bahan habis pakai laboratorium semakin meningkat.

Apabila spesimen yang dikumpulkan tidak dapat dipertanggungjawabkan, petugas laboratorium dapat menolak spesimen karena tidak layak dan tidak melanjutkan ke tahap pemeriksaan berikutnya. Hasil yang didapatkan dari sampel yang ditolak ini akan keluar juga sebagai hasil yang tidak dapat dipertanggungjawabkan atau sama dengan sampah. Contoh yang paling sering terjadi di laboratorium adalah spesimen lisis. Spesimen lisis dibuktikan dengan warna plasma atau serum berwarna kemerahan dan indeks serum hemolisis yang seharusnya nol menjadi meningkat. Kasus spesimen lisis salah satunya dapat menyebabkan pemeriksaan kalium menjadi meningkat, bahkan jauh melebihi nilai batas deteksi alat. Kasus seperti ini tidak dapat dikeluarkan hasilnya, karena akan membahayakan pasien apabila tanpa mengorelasikan dengan klinis diberikan terapi untuk kadar kalium yang meningkat ini.

Ada beberapa kondisi yang menyebabkan laboratorium tetap harus mengelola spesimen meskipun sudah diverifikasi spesimen ditolak karena tidak layak. Saat memeriksa kelayakan spesimen, seorang laboratorist tetap harus mempertimbangkan tingkat kesulitan dalam pengambilan dan kelangkaan spesimen tersebut, sehingga tidak ada pemeriksaan laboratorium pasien yang terabaikan. Petugas laboratorium wajib melakukan koordinasi dengan dokter dan unit pengirim untuk meminta informasi khusus yang diperlukan. Tidak serta merta menolak spesimen karena bahan khusus dan langka, atau pengambilan ulang membawa mudharat untuk pasien.

Bagaimana dengan laboratorium Anda? Apakah sudah melakukan pemeriksaan kelayakan spesimen yang Anda terima dengan baik? Silahkan berikan komentar di sini!

🦋Izzuki Muhashonah, Pembelajar asal Kab. Lamongan

2 Comments

  1. Devvi Riasari

    Setuju dok…..terutama yang di akhir diskusi, jangan langsung menolak spesimen yang ada, evaluasi dahulu tingkat kesulitan pengambilan dan kebutuhan kegawatdaruratannya, bismillah laboratorium akan semakin baik dan bermutu saat kita bijak dalam berkomunikasi…..salam sehat dok izzu, keren dan semangat….

    • terima kasih senior saya, dr. Devvi Riasari, SpPK. Subsp. BDKT (K). M.H., CMC., FISQua.
      mohon saran kritik dan masukan akan diterima dengan senang hati dokter

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *