#CatatanPerjalanan: Suhubdy Yasin
Mungkin tak seorang pun diantara pembaca, tidak ada yang tidak membutuhkan toilet, kecuali seseorang yang masih balita? Mungkin. Dalam kehidupan kita, toilet itu sangat esensial karena hampir setiap saat benda itu dipergunakan oleh manusia, kapan dan di mana saja mereka berada.
Apa itu toilet? Secara singkat dan sederhana (Wikipedia, 2023) menuliskan bahwa “Toilet” adalah perangkat sanitasi yang menampung urin dan kotoran manusia. Kemudian terdapat istilah lain berkaitan dengan toilet misalnya “tisu toilet,” adalah kertas yang disediakan untuk toilet dan itu biasanya digunakan untuk “toilet kering”. Sedangkan untuk “toilet basah” menggunakan air sebagai pembersih setelah kita memanfaatkan toilet. Keberadaan toilet itu hampir di semua tempat (sebagian contoh: rumah tangga, sekolah, kendaraan umum, di area rekreasi dan lain sebagainya) yang berkaitan dengan aktivitas manusia dan/atau mahluk lain, semisal hewan peliharaan (pet).

Industri toilet ini sangat maju yang semula berupa berupa WC cemplung (di sungai) hingga yang sangat modern ditemui di hotel dan pesawat terbang. Toilet dan/atau WC (water closed) ini sangat esensial fungsi dan keberadaannya kecuali jika manusia sudah meninggal, mungkin tidak lagi memerlukannya. Kini karena kecanggihan teknologi, toilet pun diproduksinya mengikuti tren bisnis dan teknologi. Bentuk dan modelnya dapat disimak di gambar ilustrasi.
Dalam kehidupan dunia yang semakin canggih ini, kita harus mempelajari tatacara penggunaannya. Dalam bentuk yang sangat sederhana mungkin gampang sekali, akan tetapi jika sudah canggih atributnya, maka ini sering menjadi sumber masalah keseharian terutama di hotel mewah dan pesawat terbang yang semakin hari ruangannya untuk itu semakin relatif terbatas dan penggunaannya menjadi sakil dan mangkus.
Sebagai ilustrasi, toilet di pesawat terbang. Pengalaman kita menunjukkan bahwa banyak yang menjadi konban kecanggihan toilet. Banyak sekali kasus seseorang yang karena tidak faham cara penggunaannya, menjadi stress bahkan mungkin berakibat fatal dan memalukan. Pada pesawat dan hotel mewah, kini toilet dilengkapi dgn tombol-tombol digital untuk mendengarkan musik, pemanas pantat, flash untuk membersihkan feses dan urin, pewangi, dan lain-lain yang semakin dibutuhkan oleh dunia yang mulai serba AI. Tentang flushing (air pembersih). Ini sering makan korban jika salah pencet, bukannya “bersih dan tuntas” yang kita peroleh, tapi lebih buruk yaitu semua kotoran yang kita buang dapat mencuat dari bawah dan penampar badan kita. Jika hal itu terjadi, maka kita akan mendapatkan red face (malu dan memalukan). Berhati-hatilah! Jadi, hidup matinya kita di toilet sangat bergantung kepada pengetahuan kita tentang bahasa, kecanggihan teknologi, dimana benda itu diletakkan, perkembangan industri toilet itu sendiri, digitalisasi teknologi dan jasa serta arsitekturnya, dan lain-lain.
Berpengalaman dari seringnya menemui toilet dalam situasi dan kondisi yang berbeda, model, aturan penggunaannya, maka seharusnya sudah saatnya toilet diaktualisasi menjadi suatu hal yang harus dipelajari yakni ILMU KETOILETAN. Karena esensinya, hal itu wajib dan segera dikreasikan untuk diajarkan mulai dari pendidikan tingkat kindergarten, TK, SD, sekolah menengah, kampus, lembaga pelatihan formal/nonformal hingga ke panti jompo. Hal ini penting karena toilet itu adalah kebutuhan dasar manusia yang sangat esensial. Jika ilmu dan industri toilet ini dikembangkan, sudah saatnya dimasukkan dalam mata pelajaran dan didesign kurikulumnya. Dalam hal ini perlu dikembangkan Ilmu Etika Penggunaan Toilet, mungkin menjadi sangat penting sebagai mata kuliah wajib di Fakultas Teknik, Peternakan dan KH, Ekonomi dan Bisnis, Hukum, Tourism dan Kuliner serta jurusan-jurusan lain yg mungkin akan berkaitan dengan pengadaan dan penggunaan toilet di bumi dan planet lain jika kelak kita mentransmigrasikan manusia ke planet selain bumi dan/atau mungkin di kemudian hari, di sorga dan neraka. Semoga hal ini menjadi pemikiran yang harus segera direalisasikan. Dan ILMU KETOILETAN ini merupakan salah satu aspek dan sarana mendasar untuk mensukseskan Protokol Kyoto untuk Climate Change! Semoga!
——-
Kyoto-Jepang, 22 September 2023