Probolinggo. Hari Ahad ini, saya sedang tidak ada kegiatan keluar rumah. Rencana gowes pagi hari pun batal karena harus melanjutkan tugas membuat narasi antibiogram yang harus diselesaikan segera. Beberes rumah adalah kegiatan yang saya lakukan setelah itu. Terutama menyiapkan tempat menulis yang sempat disinggung oleh Prof. Suhubdy pada KSJM ke-242 Hari Jum’at malam lalu.

Saya tidak menahu mengapa saya secara tiba-tiba merasakan kangen masakan Ibuk, sayur asem dan iwak pedo. Apakah karena saya sudah waktunya pulang berkunjung ke rumah Ibuk atau karena sebelum itu saya menelpun Ibuk belum bersambung? Rasa kangen membuat saya mengubrek isi lemari es, saya membereskan isi lemari es yang terserak kemudian saya sisihkan bahan dan bumbu untuk membuat sayur asem. Alhamdulillah, bahan lengkap tersedia, ada sayur mayur seperti kecipir, kecambah, wortel, krai dan kacang panjang. Bumbu pun tersedia meskipun minus cabe merah besar, di dalam lemari es hanya tersedia cabe rawit.
Segera saya menyiangi sayur yang dibutuhkan, dan mempersiapkan kebutuhan bumbu. Saya termasuk orang yang tidak terlalu pandai memasak. Seperti biasa, saya selalu membuka catatan buku pintar saya untuk memasak. Buku resep masakan ini sudah saya tulis sejak saya menjadi siswa SMA. Resep yang saya kumpulkan adalah resep dari Ibuk saya (yang saat ini diaturi Mbah Nur), resep Simboknya Mas Sapto (Ibu Mertua), resep dari teman-teman saya, termasuk resep kue dari Mbak Beta (almarhumah, istri sahabat karib Mas Sapto), resep memasak dari Ibu Mamik (Ibu asuh anaknya Ibu kos saya di Kedung Tarukan Baru) dan beberapa resep yang saya kliping dari jawa pos tempo dulu. Buku resep saya terlihat menyerupai manuskrip purbakala, warna sudah pudar dan ada sobekan di sana sini. Namun, resep inilah yang membantu saya dalam memasak masakan sederhana ataupun masakan modern.
Bawang merah dikupas bersama bawang putih, kemiri dan cabe diuleg kasar. Memasak jaman now tidak lagi menggunakan cowek dan ulegan untuk menghaluskan bumbu, ada yang menggunakan chopper ada yang menggunakan blender. Karena masakan saya adalah masakan untuk dua orang, jadi saya cukup menggunakan cowek dan ulegan untuk menghaluskan bumbu. Untuk aroma harum saat memasak, Ibuk selalu mengunakan lebih banyak bawang merah dibanding bawang putih. Semua resep bahan dan bumbu sesuai dengan catatan.
Saya teringat dengan bagaimana protein menjadi rusak dengan pemanasan berlebihan. Untuk menghindari hal tersebut, bumbu saya masukkan ke dalam panci berisi air mendidih terlebih dahulu, setelah harum dan wangi, saya memasukkan sayuran secara bertahap, yang lunak dimasukkan paling akhir. Setelah semua matang sempurna, garam dan air asam jawa serta sedikit gula sebagai penyempurna rasa sayur asem. Sayur yang dimasukkan terakhir kali membuat warna sayur masih terlihat hijau dan segar dan tentunya tetap menarik untuk dinikmati.
Kompor dua tungku menjadi alat bantu memasak yang utama. Satu tungku untuk melanjutkan memasak sayur asem, sementara tungku satunya lagi untuk menggoreng tempe dan membuat masakan dari ikan pedo. Saat memasak, mengatur besar kecilnya api menjadi penting dan menentukan cita rasa masakan. Memasak ikan pedo menggunakan api kecil dan cukup lama agar bawang merasuk ke dalam ikan dan dapat dinikmati dengan semangat. Untuk hasil maksimal dalam memasak ikan pedo, kita membutuhkan bawang merah dan bawang putih lebih banyak agar rasa asin dari pedo berkurang dan terasa sangat nikmat disantap.
Selamat menikmati makanan untuk bersarap pagi
Semoga kita senantiasa diberikan keberkahan dan kesehatan dalam hidup dan kehidupan kita.
Aamiin
🦋Izzuki Muhashonah, Pembelajar asal Kab. Lamongan
Tulisan yang sangat inspiratif.
terima kasih apresiasinya Prof. Imam
atas berkat bimbingan Prof. Imam.
Hii hujan rintik pagi hari Minggu, Kota Balikpapan. Pagi hari pukul 06.00 WITA rencana ingin pergi jalan kaki, menikmati alam bebas area Ringrooad Kota Balikpapan yang saat ini udara masih segar dan makin cantik dengan berbagai perbaikan pembangunan. Ee hujan rintik membuat saya, batal untuk pergi jalan kaki di area sekitar Ringrooad. Tiba-tiba saya merasakan lapar dan ingin menyantap makanan. Di rumah ada tahu gejrot yang dibeli tadi malam dan belum sempat di santap. Terbersit dalam hati sambil menikmati hujan rintik di teras rumah, hem, nikmatnya ya menyantap sayur asam bersama ikan asin. Sedang asyik menikmati tahu gejrot, handphone berdering, tetangga korpri memberi tahu jadwal latihan olahraga untuk ibu-ibu dan sekaligus membuka WhatsApp group SUAI. Hem asli laper mingini membaca cerita dr. Izzuki pagi hari ini, Minggu, 14 Oktober 2024 yang sedang gembira selesai masak sayur asam dan ikan pedo.
Wah asyik dong, hujan rintik-rintik menikmati tahu genjrot dan tulisan sahabat.
Sehat selalu Bunda Umi dear
Oohh critanya kangen pulaang niih dok 🙆🏼♀️🤩
hahaha, siap siap, betul sekali
Rindu rumah dan ibu ya…..
Saatnya kita menjadi ibu yang juga dirindukan anak². Semangat mb Izzuki, tetap tersenyum dan memasak…..
yups bener banget Mom
Matur nuwun berkenan membaca dan memberi apresiasi