Labuan Bajo adalah kelurahan di Kecamatan Komodo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Sebuah kelurahan yang dinobatkan menjadi destinasi wisata superprioritas di Indonesia karena keindahan alamnya yang tidak banding. Berada di Labuan Bajo, kita tidak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi, karena semua Orang Bajo fasih berbahasa Indonesia meskipun dengan dialek khusus. Tempat ibadah untuk ummat Islam pun mudah ditemui meskipun mayoritas Orang Bajo beragama Kristen.
Saat rombongan kami menyampai di Bandara Komodo, kami dijemput oleh team Mas Egi, travel yang mendampingi selama di Labuan Bajo. Perjalanan kami lanjutkan menuju Dermaga Labuan Bajo, membutuhkan waktu sekitar 10 menit saja, karena jarak yang cukup singkat, +/- 3 km. Tim Kapal Phinisi Sengkolo sudah menunggu kami, sebagian menjemput di tepi dermaga dengan perahu boot kecil, karena kapal tidak dapat sampai di tepi dermaga. Koper yang kami bawa sebagai bekal 4 hari 3 malam diatas kapal, diangkut oleh porter ke atas boot. Boot dipenuhi oleh kita bersembilan ditambah dengan 1 orang awak kapal dan 1 orang sopir boot. sekitar 5 menit, kami sudah menyampai di Kapal Sengkolo, kapal yang terbuat dari kayu phinisi dengan 4 kamar.

Salah satu destinasi yang masuk ke itinerary perjalanan kami saat akhir 2021 di Labuan Bajo adalah Pulau Kelor. Kami menempuh perjalanan sekitar 45 menit dengan kapal phinisi menuju Pulau Kelor. Pulau Kelor ini adalah pulau terdekat dari Pelabuhan Labuan Bajo. Hampir semua wisatawan mampir ke Pulau Kelor ini, saat memulai petualangan di Labuan Bajo seperti rombongan kami saat ini. Mereka datang untuk menikmati indahnya pantai atau snorkling, atau sekedar melihat keindahan pantai dari atas bukit kelor.
Kami menikmati indahnya pantai di Pulau Kelor dari bawah dan dari atas Bukit Kelor. Setelah berfoto-foto di pantai, sebagian dari kami menaik ke atas bukit. Semua sudut pandang sangat indah dan menawan, tidak ada satupun yang tidak terlihat indah. Bidikan kamera tidak akan seindah bidikan mata kita langsung. Mata kita mempunyai kamera super ultra, yang dapat mengcapture pemandangan dengan luar biasa keren. Maka, nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan?
Mbak Devvi dan Adik Nirmala tidak ikut menaik Bukit Kelor, keduanya menikmati degan dibawah tenda di pantai. Es kelapa muda atau yang dikenal dengan es degan di Labuan Bajo ini mempunyai harga 3 kali lebih dari ditempat kita, yaitu Rp 50.000,-. Cukup berat di kantong, namun lega di tenggorokan. Jenis kelapa yang ada di Labuan Bajo ini, jenis kelapa hijau yang besar, lebih besar dari kepala kita.

Rombongan Grup Mbolang akhirnya menyampai di atas Bukit Kelor. Indah sekali pemandangan dari atas bukit ini. Nun jauh dari Bukit Kelor, kita dapat melihat pulau-pulau kecil dan pegunungan yang ada di Labuan Bajo ini. Laut membentang diantara pulau dan pegunungan tersebut dengan warna biru hijaunya yang mempesona. Air laut terlihat tenang dan damai, berwarna bitu gelap sampai kehijauan. Warna tersebut dipengaruhi oleh biota laut yang hidup di laut termasuk didalamnya adalah ganggang dan rumput laut. Kapal phinisi berjejer tidak beraturan terlihat indah dari atas bukit. Pasir putih dengan sedikit alga pink membuat pasir agak berwarna pink. Tidak heran, di beberapa sudut Labuan Bajo ada wisata yang disebut Pantai Pink yang memang warna pasir cenderung ke warna pink. Semua indah dan istimewa, ingin rasanya saya beserta keluarga kembali menikmati Labuan Bajo kembali.
Labuan Bajo terus terkenang, keindahan dan keelokan alamnya yang memesona.
Maka, nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan?
🦋Izzuki Muhashonah, Pembelajar asal Kab. Lamongan
Ketua Yayasan Al Amin Tunggul Paciran Lamongan https://www.smasalaminpaciran.sch.id/
Dokter Spesialis Patologi Klinik RSUD Waluyo Jati dan Rumah Sakit Rizani Probolinggo
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Surabaya https://s1kedokteran.fk.unesa.ac.id